Ia menjawab “Ketika aku bersama-sama dengan Rasulullah saw., aku melihat baginda saw. menghalau sesuatu tetapi aku tidak dapat melihat benda yang dihalau olehnya. Maka aku pun berkata, “Ya Rasulullah, Apa yang engkau halau sedangkan aku tidak dapat melihatnya?” Baginda saw. pun bersabda, ‘Dunia mengulurkan tangannya kepadaku, lalu aku berkata kepadanya supaya meninggalkan aku. Maka dunia berkata kepadaku, ‘Bukankah Engkau mau memegangku lama-lama.’”
Abu Bakar r.a. berkata, “Aku merasa takut dengan penjelasan baginda saw. itu sekiranya aku telah melakukan sesuatu yang bertentangan dengan perintah Rasulullah saw., sekiranya dunia telah dapat menguasaiku.”
Dikeluarkan oleh Abu Nu’aim di dalam kitab al Hilyah dari Zaid bin Arqam bahwa Abu Bakar r.a. meminta air, lalu di bawahkan kepadanya air dan madu di dalam satu wadah. Ketika ia mengangkat air hampir ke mulutnya, ia menangis. Tangisannya menyebabkan orang-orang yang berada di sekililingnya turut menangis. Kemudian ia terdiam dan berhenti menangis. Tetapi orang-orang di sekililingnya masih menangis. Kemudian ia menangis lagi sehingga mereka mengira bahwa mereka tidak dapat menanyakan masalahnya. Kemudian ia menyapu mukanya dan berhenti menangis dan kembali seperti biasa, mereka berkata, “Apakah yang menyebabkan engkau menangis?”
Maka dinyatakan hadits lebih kurang seperti di atas dengan tambahan: Setelah menghalau dunia itu, dunia berkata, “Walaupun kamu telah berhasil keluar dari perangkapku tetapi orang-orang selepasmu tidak akan bebas dari godaanku.”
Begitulah yang diriwayatkan oleh al Hakim dan al Baihaqi, sebagaimana dalam al Kanz.
Dikeluarkan oleh Ahmad di dalam kitab az Zuhd dari ‘Aisyah r.ha. katanya: Ketika Abu Bakar r.a. meninggal dunia, ia tidak meninggalkan satu dinar atau satu dirham pun. Sebelum kematiannya, ia telah mengambil semua hartanya dan memberikannya kepada Baitul Mal.”
Dalam riwayat Ahmad juga dalam kitab az Zuhd dari Urwah bahwa sesungguhnya setelah Abu Bakar r.a. dilantik menjadi Khalifah, ia menyimpan semua hartanya di dalam Baitul Mal kaum muslimin. Maka tidak tinggal satu dirham atau satu dinar pun, melainkan semuanya telah disimpan olehnya di Baitul Mal. Ia berkata, “Aku telah menjalankan perniagaan danaku telah mencari harta itu. Ketika aku dilantik sebagai khalifah, jabatan itu telah menjadikan aku sibuk. Maka aku tidak dapat menjalankan perniagaan dan berusaha mencari rejeki dengannya.” (al Kanz)
Dalam riwayat Ibnu Sa’ad dari Atha bin ash Shaib katanya: Takkala Abu Bakar r.a. diba’iat, keesokkan harinyaia pergi ke pasar. Ia menyandang di atas bahunya bungkusan kain-kain untuk dijual.
Di pertengahan jalan, ia bertemu Umar r.a. lalu Umar r.a. berkata kepadanya, “Hendak ke manakah engkau?”
Umar r.a. bertanya lagi, “Apakah yang engkau lakukan? Bukankah engkau telah dilantik untuk mengurus keperluan kaum muslimin?”
Sebaliknya Abu Bakar r.a. bertanya kepada Umar r.a., “Karena itulah, bagaimanakah aku akan memberi makan ahli keluargaku?”
Umar r.a. pun berkata, “Pergilah, Abu Ubaidah akan menetapkan sejumlah tunjangan untukmu yang diambil dari harta Baitul Mal.”
Kemudian mereka berdua pergi menemui Abu Ubaidah r.a. dan Abu Ubaidah r.a. berkata, “Aku akan menentukan bagi engkau tunjangan dalam jumlah yang biasa diberikan kepada seorang lelaki dari kalangan muhajirin, tidak lebih dan tidak kurang, beserta pakaian musim dingin dan panas. Jika pakaian itu lusuh, engkau boleh mengembalikannya dan mendapat ganti yang baru.”
Kemudian Abu Bakar r.a. diberi setengah ekor kambing setiap hari dan kain untuk mengikat kepala dan perut.”
Dalam riwayat Ibnu Sa’ad juga, dari Hamid bin Hilal katanya: Ketika Abu Bakar r.a. dilantik sebagai khalifah, sahabat-sahabat Rasulullah saw. menetapkan untuknya tunjangan dalam jumlah yang mencukupi untuknya. Mereka berkata, “Ya. Dua helai kain selimut yang apabila telah lusuh, kain itu boleh dikembalikan dengan mendapat ganti yang baru dan binatang tunggangan yang boleh digunakan dalam suatu perjalanan. Begitu juga nafkah anak-anaknya dalam jumlah yang biasa diberikannya kepada mereka sebelum ia dilantik menjadi khalifah.”
Abu Bakar r.a. berkata, “Aku ridha dengan semua ini.” (al Kanz)
Abdurraman bin Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu bercerita kepada kami,” pada suatu ketika, saat Rasulullah Shallahu ‘alaihi Wa sallam usai melaksanakan shalat subuh, tiba-tiba beliau mengarahkan pandangannya ke arah para sahabatnya seraya mengatakan,” Adakah di antara kalian yang hari ini ia berpuasa?”
Umar bin Khottob radhiyallahu ‘anhu menjawab,” Wahai Rasulullah aku tidak berniat untuk berpuasa pada hari ini, sehingga di pagi ini aku tidak berpuasa.”
Lalu Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu berkata,” Aku berpuasa wahai Rasulullah, sebab sejak semalam aku telah berniat puasa, sehingga di pagi ini aku pun berpuasa.”
Lalu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,” Adakah salah satu dari kalian yang hari ini menjenguk orang sakit?”
Umar menjawab,” Wahai Rasulullah, usai menjalankan shalat tentunya kami masih berada di sini, lantas bagaimana kami bisa menjenguk orang sakit?”
Abu Bakar berkata,” Telah sampai kabar kepadaku bahwa saudaraku Abdurrahman bin Auf sedang mengeluhkan sakit yang dialaminya, sehingga dalam perjalananku menuju masjid ini aku telah menyempatkan diri menjenguknya.”
Lalu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,” Adakah salah satu dari kalian yang hari ini ia bershodaqoh?”
Umar menjawab,” Wahai Rasulullah, usai menjalankan shalat tentunya kami masih berada di sini.”
Abu Bakar berkata,” Saat aku memasuki masjid, aku melihat seorang pengemis minta-minta, ketika itu aku mendapati sepotong roti gandum tengah berada di genggaman tangan Abdurrahman(salah seorang putranya), lalu aku pun memintanya untuk aku berikan kepada pengemis itu.”
Maka Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,” Bergembiralah engkau(wahai Abu Bakar) dengan syurga.”
Lantas Umar menghela nafas dengan seraya berkata,” Oh...oh...betapa indahnya syurga.”
Selanjutnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mengucapkan perkataan yang membuat umar merasa lega, sebab umar menyadari bahwa segala kebaikan-kebaikan telah didahului seluruhnya oleh Abu Bakar.
Dalam riwayat lain dijelaskan bahwa Rasulullah kemudian bersabda,” Semoga Allah menyayangi Umar, semoga Allah menyayangi Umar, sebab segala kebaikan yang diinginkannya telah didahului seluruhnya oleh Abu Bakar.”(H.R. At-Thobroni)
Suatu ketika Rasulullah memerintahkan kepada para shahabat untuk bershodaqoh. Pada saat itu pula Umar bergumam,” Aku berharap hari ini aku bisa menandingi amalan Abu Bakar dengan menginfakkan setengah dari hartaku.”
Akan tetapi, ternyata Abu Bakar datang kepada Rasulullah dengan membawa seluruh harta yang beliau miliki untuk dishodaqohkan, sehingga Rasulullah bertanya kepadanya,” Wahai Abu Bakar, tidakkah engkau sisakan hartamu untuk keluargamu?”
Abu Bakar menjawab,” Untuk mereka, aku sisakan Allah dan Rasul-Nya.”Maka Umar berkata,” aku selamanya tidak akan mampu mengalahkanmu dalam hal kebaikan.” Dalam riwayat lain,” aku selamanya tidak akan bisa mendahuluinya sedikitpun.”(H.R. Abu Daud)
Sejak sebelum masuk islam, Abu Bakar sudah dikenal sebagai orang yang rendah hati dan tidak menyombongkan diri, tidak rakus terhadap harta dunia. Begitu pula setelah masuk islam, ia tidak pernah menampakkan perilaku takabbur dalam segala bentuknya, bahkan saat beliau menjadi kholifah sekalipun. Beliau adalah sosok yang sangat menghawatirkan sisi agamanya, serta sangat berhati-hati sekali agar tidak jatuh pada kesombongan.
Suatu ketika Abu Bakar mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,” Barangsiapa yang memanjangkan bajunya dengan kesombongan, maka Allah tidak berkenan memandangnya di hari Kiamat kelak.”(mutafaqqun ‘alaih dan yang lainya)
Lalu Abu Bakar berkata,” Wahai Rasulullah, salah satu sisi pakaianku ini menjulur ke bawah, sehingga aku harus memeganginya agar tidak menjulur.”
Maka Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,” Sungguh engkau tidak termasuk orang yang berperilaku sombong.”
Kerendahan hati Abu Bakar yang lain yaitu, beliau sangat perhatian terhadap tetangga beliau. Anisah radhiyallahu ‘anha mengatakan,” Abu Bakar tinggal di sekitar tempat tinggal kami selama 3 tahun lamanya. 2 tahun sebelum menjabat khalifah dan 1 tahun setelah menjabat khalifah. Saat itu para tetangga di sekitar tempat tinggalnya seringkali datang kepada Abu Bakar dengan membawa kambing-kambingnya, sehingga Abu Bakar pun memerahkan susu dari kambing-kambing itu untuk mereka.”(Isnadnya shohih, diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad)
Sungguh ini adalah contoh dari kerendahan hati dan bentuk khidmat dari seorang pemimpin yang belum pernah ada bandingannya kapan pun.!
No comments:
Post a Comment