Maryam adalah wanita terbaik sepanjang masa. Wanita terbaik dalam kurun sejarah wanita, dari Hawa hingga kelak yang terakhir, entah siapa. Banyak kaum hawa mencari idola dan suri teladan. Namun mereka tidak tahu siapa kiranya yang pantas diteladani. Yang lain, ada yang punya idola, tapi terkadang hanya latah dan salah langkah. Apakah wanita muslimah tahu tentang Maryam? Tahukah wanita muslimah bahwa Allah telah memujinya sebagai wanita dalam peradaban manusia? Allah ﷻ berfirman,
وَإِذْ قَالَتِ الْمَلَائِكَةُ يَا مَرْيَمُ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَاكِ وَطَهَّرَكِ وَاصْطَفَاكِ عَلَىٰ نِسَاءِ الْعَالَمِينَ
“Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu).” (QS. Ali Imran: 42).
Dialah pemuka kaum wanita di surga. Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,
سَيِّدَاتُ نِسَاءِ أَهْلِ الْجَنَّةِ أَرْبَعٌ: مَرْيَمُ بِنْتُ عِمْرَانَ، وَفَاطِمَةُ بِنْتُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَخَدِيجَةُ بِنْتُ خُوَيْلِدٍ، وَآسِيَةُ
“Pemuka wanita ahli surga ada empat: Maryam binti Imran, Fatimah binti Rasulullah ﷺ, Khadijah binti Khuwailid, dan Asiyah.” (HR. Hakim 4853).
Maryam, ayahnya adalah Imran, laki-laki shaleh dari Bani Israil. Ibunya adalah wanita shalehah yang telah menyerahkan putrinya yang masih dalam kandungan untuk berkhdimat kepada Allah.
إِذْ قَالَتِ امْرَأَتُ عِمْرَانَ رَبِّ إِنِّي نَذَرْتُ لَكَ مَا فِي بَطْنِي مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّي ۖ إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
(Ingatlah), ketika isteri ´Imran berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS. Ali Imran: 35).
Dan putranya adalah seorang rasul dari kalangan ulul azmi, Isa bin Maryam ﷺ.
Masa Kecilnya
Imran ayah Maryam wafat saat anaknya ini masih dalam kandungan ibunya. Atau ia wafat bersamaan dengan kelahiran putrinya (Fabihudahum Iqtadih oleh Syaikh Utsman al-Khomis, Hal: 442). Ibu Maryam berdoa agar anaknya tidak diganggu oleh setan. Sehingga saat Maryam dilahirkan, setan tidak diperkenankan untuk mengganggunya. Nabi ﷺ bersabda,
مَا مِنْ بَنِي آدَمَ مَوْلُودٌ إِلَّا يَمَسُّهُ الشَّيْطَانُ حِينَ يُولَدُ، فَيَسْتَهِلُّ صَارِخًا مِنْ مَسِّ الشَّيْطَانِ، غَيْرَ مَرْيَمَ وَابْنِهَا » ثُمَّ يَقُولُ أَبُو هُرَيْرَةَ: {وَإِنِّي أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ }
“Setiap anak manusia pasti diganggu setan ketika dia dilahirkan, sehingga dia teriak menangis, karena disentuh setan. Kecuali Maryam dan putranya.” (HR. Bukhari 4548 dan Muslim 2366).
Lahirlah Maryam dalam keadaan yatim. Namun karena keberkahan dari keshalehan kedua orang tuanya, banyak ahli ibadah di Baitul Maqdis yang hendak mengasuhnya. Kemudian Rasulullah Zakariya yang menjadi pengasuh Maryam. Karena kedekatan hubungan famili.
Wanita Shalehah Yang Menjauhi Gangguan Laki-Laki
Allah memuji Maryam dengan wanita yang benar. Allah Ta’ala berfirman,
مَا الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ وَأُمُّهُ صِدِّيقَةٌ ۖ
“Al-Masih putera Maryam itu hanyalah seorang Rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar…” (QS. Al-Maidah: 75).
Maryam sangat menjaga kesucian dirinya. Ia tidak sembarangan berdekatan dengan laki-laki yang bukan mahramnya. Ia tidak menggoda laki-laki dan juga menjauhi godaan mereka. Apakah wanita tergoda dengan laki-laki? Ya, karena secara naluri, wanita pun memiliki ketertarikan kepada laki-laki. Dan wanita yang baik adalah yang menjaga diri untuk membuat laki-laki tergoda dan menjaga diri dari godaan laki-laki.
Pernah suatu ketika Jibril datang kepada Maryam. Datang dalam fisik laki-laki yang sempurna. Namun Maryam tetap menjaga dirinya. Allah Ta’ala berfirman,
فَاتَّخَذَتْ مِنْ دُونِهِمْ حِجَابًا فَأَرْسَلْنَا إِلَيْهَا رُوحَنَا فَتَمَثَّلَ لَهَا بَشَرًا سَوِيًّا. قَالَتْ إِنِّي أَعُوذُ بِالرَّحْمَٰنِ مِنْكَ إِنْ كُنْتَ تَقِيًّا
“Maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus ruh Kami (Jibril) kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna. Maryam berkata: “Sesungguhnya aku berlindung dari padamu kepada Tuhan Yang Maha pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa”. (QS. Maryam: 17-18).
Melihat laki-laki yang sangat sempurna ketampanannya, Maryam tidak terkecoh dengan merendahkan dirinya mencoba menarik perhatian laki-laki tersebut. Ia malah berlindung kepada Allah dan meminta laki-laki tersebut menjauh. Hingga akhirnya Jibril mengatakan,
قَالَ إِنَّمَا أَنَا رَسُولُ رَبِّكِ لِأَهَبَ لَكِ غُلَامًا زَكِيًّا
Ia (jibril) berkata: “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci”. (QS. Maryam: 19).
Barulah Maryam tahu bahwa laki-laki tersebut tidak bermaksud menggoda dan mengganggunya. Dan ia juga bisa menjaga diri darinya. Ternyata ia adalah malaikat yang Allah utus untuk menemuinya.
Pelajaran:
Hendaknya wanita muslimah menjadikan Maryam sebagai salah satu teladannya. Janganlah menjadikan orang-orang yang di bawah beliau sebagai teladan. Apalagi dari kalangan non Islam. Agama kita yang mulia banyak melahirkan sosok-sosok wanita tangguh. Mereka hebat dalam menjalani kehidupan dunia, memiliki cita-cita tinggi di akhirat, dan taat kepada Rabb mereka, Allah ﷻ.
Sudah seharusnya wanita muslimah menjaga diri dari laki-laki. Karena itulah kemuliaan. Jangan tertipu dengan ungkapan bahwa kehebatan wanita itu karena mampu menaklukkan laki-laki dengan rayuan. Parameter wanita muslimah bukanlah Cleopatra yang mampu menaklukkan para pembesar dunia dengan tipu dayanya.
Contohlah Maryam. Terutama di zaman interaksi laki-laki dan perempuan hampir tak ada batas. Maryam yang sudah Allah sebut langsung sebagai wanita yang terpilih, wanita baik-baik, wanita yang disucikan, namun masih enggan berdekatan dengan laki-laki karena takut tergoda. Ia takut kalau berdekatannya dengan laki-laki akan menimbulkan sesuatu yang Allah haramkan.
Lalu bagaimana dengan wanita muslimah sekarang? Wanita muslimah saat ini, bukanlah termasuk yang disucikan oleh Allah. Semestinya lebih pintar menjaga diri mereka. Wahai saudara muslimah, mintalah taufik dan pertolongan kepada Allah. Mintalah kepada-Nya penjagaan. Penjagaan kesucian diri dan kehormatan sebagai seorang muslimah.
Daftar Pustaka:
– al-Khomis, Utsmani bin Muhammad. 2010. Fabihudahum Iqtadih. Kuwait: Dar al-Ilaf.
– Sayyidatu an-Nisa ‘alal Ithlaq: http://fatwa.islamweb.net/fatwa/index.php?page=showfatwa&Option=FatwaId&Id=18203
Kisah-kisah yang dikumpulkan di sini dirujuk dari kitab Kasykul, An-Nawadir dan Akhbarul Hamqa wal Mughfilin dan kitab-kitab sejarah seperti Al-Bidayah wan fa', Al-Mustatraf, Jami'atu Karamatil Auliya', Tarikhul Khulahin, Muslim Saints and Mystics, Sufis of Andalusia dll.
Wednesday, December 09, 2015
Thursday, December 03, 2015
RIDHA DENGAN TAKDIR YANG PAHIT
Dihikayatkan bahwa seseorang dari kalangan orang-orang shalih melewati seorang laki-laki yang terkena penyakit lumpuh separuh badan, ulat bertebaran dari dua sisi perutnya, lebih dari itu ia juga buta dan tuli.
Lelaki lumpuh itu mengatakan, “segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkanmu dari cobaan yang telah dialami oleh banyak orang.”
Lantas lelaki shalih yang lewat itu heran, kemudian bertanya kepadanya, “Wahai saudaraku! Apa yang diselamatkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dari dirimu padahal saya melihat semua musibah, menimpa dirimu?”
Ia menjawab, “Menyingkirlah kamu dariku hai pengangguran! Sungguh, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyelamatkanku karena Dia menganugerahkan kepadaku lisan yang selalu mentauhidkan-Nya, hati yang dapat mengenal-Nya, dan waktu yang selalu kugunakan untuk berdzikir kepada-Nya.”
Dihikayatkan pula bahwa ada seorang yang shalih yang apabila ditimpa sebuah musibah atau mendapat cobaan, selalu berkata, “Ini adalah sesuatu yang baik.”
Pada suatu malam serigala datang memangsa ayam jagonya, kejadian ini disampaikan kepadanya, maka ia pun berkata, “Ini adalah sesuatu yang baik.”
Kemudian pada malam itu pula anjing penjaga ternaknya dipukul orang hingga mati, lalu kejadian ini disampaikan kepadanya.
Ia pun berkata, “Ini adalah sesuatu yang baik.”
Tak berapa lama keledainya meringkik, lalu mati.
Ia pun berkata, “Ini adalah sesuatu yang baik, insya Allah.”
Anggota keluarganya merasa sempit dan tidak mampu memahami mengapa ia mengucapkan perkataan itu. Pada malam itu orang-orang Arab datang menyerang mereka. Mereka membunuh semua orang yang ada di wilayah tersebut. Tidak ada yang selamat selain dia dan keluarganya. Orang-orang Arab yang menyerang tersebut menjadikan suara ayam jago, gonggongan anjing, dan teriakan keledai sebagai indikasi bahwa sebuah tempat itu dihuni oleh manusia, sedangkan semua binatang miliknya telah mati. Jadi, kematian semua binatang ini merupakan kebaikan dan menjadi penyebab dirinya selamat dari pembunuhan. Maha Suci Allah Yang Maha Mengatur dan Maha Bijaksana.
Al-Mada’ini menceritakan,
“Di daerah pedalaman saya pernah melihat seorang perempuan yang saya belum pernah melihat seorang pun yang lebih bersih kulitnya dan lebih cantik wajahnya daripada dirinya. Lalu saya berkata, “Demi Allah, kesempurnaan dan kebahagiaan berpihak kepadamu.”
Lantas perempuan tersebut berkata, “Tidak. Demi Allah, sesungguhnya saya banyak dikelilingi oleh duka cita dan kesedihan. Saya akan bercerita kepadamu. Dulu saya mempunyai seorang suami. Dari suami saya tersebut saya mempunyai dua orang anak. Suatu ketika ayah kedua anak saya ini sedang menyembelih kambing pada hari raya Idul Adha. Sedangkan anak-anak sedang bermain.”
Lantas anak yang lebih besar berkata kepada adiknya, “Apakah kamu ingin saya beritahu bagaimana cara ayah menyembelih kambing?”
Adiknya menjawab, “Ya.” Lalu si kakak menyembelih adiknya. Ketika si kakak ini melihat darah, maka ia menjadi cemas, lalu ia melarikan diri ke arah gunung. Tiba-tiba ia dimangsa oleh serigala.
Kemudian ayahnya keluar untuk mencari anaknya, ternyata ia tersesat di jalan sehingga ia mati kehausan. Akhirnya saya pun hidup sebatang kara.”
Lantas saya bertanya kepadanya, “Bagaimana engkau bisa sabar?”
Ia menjawab, “Apabila peristiwa tersebut terus-menerus menimpa saya, pasti saya masih merasakannya. Namun, hal itu saya anggap hanya sebuah luka, hingga akhirnya ia pun sembuh.”
Pada saat putranya meninggal dunia, Imam asy-Syafi’i rahimahullah. berkata, “Ya Allah! Jika Engkau memberi cobaan, maka sungguh Engkau masih menyelamatkanku. Jika Engkau mengambil, sungguh Engkau masih menyisakan yang lain. Jika Engkau mengambil sebuah organ, sungguh Engkau masih menyisakan banyak organ yang lain. Jika Engkau mengambil seorang anak, sungguh Engkau masih menyisakan beberapa anak yang lain.”
Al-Ahnaf bin Qais mengatakan,
“Saya mengadukan sakit perut yang saya alami kepada pamanku, namun ia malah membentakku seraya berkata, “Jika sesuatu menimpamu, janganlah engkau mengeluhkannya kepada seorang pun. Sesungguhnya manusia itu ada dua macam. Teman yang kamu susahkan dan musuh yang kamu senangkan. Janganlah engkau mengeluhkan sesuatu yang menimpa dirimu kepada makhluk sepertimu yang tidak mampu mencegah bila hal serupa menimpa dirinya. Akan tetapi, adukanlah pada Dzat yang memberi cobaan kepadamu. Dialah yang mampu memberikan kelonggaran kepadamu. Hai putra saudaraku! Sungguh, salah satu dari kedua mataku ini tidak dapat melihat semenjak empat puluh tahun lalu. Saya tidak memberitahukan hal ini kepada istri saya dan kepada seorang pun dari keluarga saya.”
Ada seorang yang shalih mendapat cobaan terkait putra-putranya. Ketika ia dianugerahi dua orang anak dan baru saja mulai beranjak besar sehingga membuatnya bahagia, tiba-tiba anaknya dijemput kematian. Ia ditinggalkan anaknya dengan penuh kesedihan dan patah hati. Akan tetapi, lantaran kuatnya iman, ia hanya dapat mengikhlaskan karena Allah Subhanahu wa Ta’ala dan bersabar seraya berkata, “Milik Allah Subhanahu wa Ta’ala – segala sesuatu yang telah Dia berikan. Milik Allah Subhanahu wa Ta’ala pula segala sesuatu yang telah Dia ambil. Ya Allah! Berilah keselamatan kepadaku dalam musibah ini dan berikanlah ganti yang lebih baik lagi.”
Allah pun menganugerahkannya anak yang ketiga. Setelah beberapa tahun, si anak jatuh sakit. Dan ternyata sakitnya sangat parah sampai hampir mati. Sang ayah berada di sisinya dengan air mata yang berlinangan. Kemudian ia merasakan kantuk dan tidur. Di dalam tidurnya ia bermimpi bahwa kiamat telah datang. Ketakutan-ketakutan pada hari Kiamat telah muncul. Lantas ia melihat shirath (jembatan) yang telah dipasang di atas permukaan Neraka Jahannam. Orang-orang sudah siap menyeberanginya. Laki-laki tersebut melihat dirinya sendiri di atas shirath. Ia hendak berjalan, tetapi ia takut terjatuh. Tiba-tiba anaknya yang pertama yang telah mati datang berlari-lari menghampirinya seraya berkata, “Saya akan menjadi sandaranmu wahai ayahku!”
Sang ayah pun mulai berjalan. Akan tetapi, ia masih khawatir terjatuh dari sisi lain. Tiba-tiba ia melihat anaknya yang kedua mendatanginya dan memegangi tangannya pada sisi lainnya. Lantas lelaki tersebut sungguh-sungguh bergembira. Setelah ia berjalan sebentara, ia merasakan sangat haus, lalu ia meminta kepada salah satu dari dua anaknya tersebut agar memberinya minuman.
Keduanya berkata, “Tidak bisa. Jika salah satu dari kita meninggalkanmu, niscaya engkau terjatuh ke neraka, lalu apa yang sebaiknya kita lakukan?”
Salah satu dari kedua anaknya berkata, “Wahai ayahku! Seandainya ada saudara kami yang ketiga bersama kami, pastilah ia dapat mengambilkan minum untukmu sekarang.”
Lantas lelaki tersebut terjaga dari tidurnya seraya ketakutan. Ia memuji Allah Subhanahu wa Ta’ala bahwa ia masih hidup dan Hari Kiamat belum tiba. Seketika ia melirik ke arah anaknya yang sedang sakit di sampingnya. Ternyata anaknya telah meninggal dunia.
Kontan ia menjerit, “Segala puji bagi Allah.” Sungguh, saya telah mempunyai simpanan dan pahala. Kamu adalah pendahulu bagiku di atas shirath pada hari Kiamat kelak.”
Sumber: Hiburan Orang-orang Shalih, 101 Kisah Segar, Nyata dan Penuh Hikmah, Pustaka Arafah Cetakan 1
BALASAN KEBAIKAN ADALAH KEBAIKAN
Pada suatu hari ada seorang pemabuk yang mengundang sekelompok sahabatnya. Mereka pun duduk, kemudian si pemabuk memanggil budaknya, lalu ia menyerahkan empat dirham kepada pembantunya dan menyuruhnya agar membeli buah-buahan untuk teman-temannya tersebut.
Di tengah-tengah perjalanan, si pembantu melewati seseorang yang zuhud, yaitu Manshur bin Ammar. Beliau berkata, “Barangsiapa memberikan empat dirham kepadanya. Selanjutnya Manshur bin Ammar bertanya, “Doa apa yang Anda inginkan?”
Lalu ia menjawab, “Pertama, saya mempunyai majikan yang bengis. Saya ingin dapat terlepas darinya.
Kedua, saya ingin Allah Subhanahu wa Ta’ala menggantikan empat dirham untukku.
Ketiga, saya ingin Allah Subhanahu wa Ta’ala menerima taubat majikan saya.
Keempat, saya ingin Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan ampunan untukku. untuk majikanku, dan orang-orang yang hadir di sana.”
Kemudian Manshur mendoakannya.
Pembantu itu pun berlalu dan kembali kepada majikannya yang gemar menghardiknya.
Majikannya bertanya kepadanya, “Mengapa kamu terlambat dan mana buahnya?”
Lantas ia menceritakan bahwa ia telah bertemu sang ahli zuhud bernama Manshur dan bagaimana ia telah memberikan empat dirham kepadanya sebagai imbalan empat doa. Maka, amarah sang majikan pun redam. Ia bertanya, “Apa yang engkau mohonkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala?”
Ia menjawab, “Saya mohon untuk diriku agar saya dibebaskan dari perbudakan.”
Lantas majikannya berkata, “Sungguh, saya telah memerdekakanmu. Kamu sekarang merdeka karena Allah Subhanahu wa Ta’ala. Apa doamu yang kedua?”
Ia menjawab, “Saya memohon agar Allah Subhanahu wa Ta’ala menggantikan empat dirham buatku.”
Majikannya berkata, “Bagimu empat dirham. Apa doamu yang ketiga?”
Ia menjawab, “Saya memohon agar Allah Subhanahu wa Ta’ala menerima taubatmu.”
Lantas si majikan menundukkan kepalanya, menangis, dan menyingkirkan gelas-gelas arak dengan kedua tangannya dan memecahkannya.
Lalu ia berkata, “Saya bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Saya tidak akan mengulanginya lagi selamanya. Lalu apa doamu yang keempat?”
Ia menjawab, “Saya memohon agar Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan ampunan untukku, untukmu, dan orang-orang yang hadir di sini.”
Sang majikan berkata, “Yang ini bukan wewenangku. Ini adalah wewenang Dzat Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
Ketika sang majikan tidur pada malam harinya, ia mendengar suara yang mengatakan, “Engkau telah melakukan apa yang menjadi wewenangmu. Sungguh, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan ampunan kepadamu, si pelayan, Manshur bin Ammar, dan semua orang-orang yang hadir.”
Sumber: Hiburan Orang-orang Shalih, 101 Kisah Segar, Nyata dan Penuh Hikmah, Pustaka Arafah Cetakan 1
KETIKA NEGARA ISLAM MENYELAMATKAN 150,000 ORANG YAHUDI
Konflik memanas di Iberia. Kristen Spanyol kian menguat dengan bersatunya Kerajaan Castilla dan Aragon melalui pernikahan Ratu Castillah Isabela dengan Raja Aragon Ferdinand. Pada bulan Juli 1492, Spnyol yang baru, membuat kebijakan membantai dan mengusir orang-orang Muslim dan Yahudi di wilayah mereka. Kejadian ini merupakan bagian dari kebijakan kejam dan brutal yang dikenal dengan inquisisi.
Umat Islam minoritas mencoba melakukan perlawanan. Namun upaya mereka selalu menemui kegagalan. Mereka mengirim surat kepada raja-raja Islam untuk menyelamatkan hidup mereka. Raja Dinasti Hotak, Shah Asyraf Hotak, segera mengutus delegasi kepada Paus dan raja-raja Nasrani, mengingatkan bahwa orang-orang Nasrani di wilayahnya dijamin keamanannya. Apbila umat Islam di Spanyol tetap disiksa secara kejam, ia mengancam akan melakukan hal yang sama terhadap kaum Nasrani di wilyahnya. Sayangnya, upaya Raja Asyraf tidak mampu menekan Kristen Spanyol.
Muslim Spanyol juga mengirim surat kepada Khalifah Utsmani, Sultan Bayazid II. Merespon hal tersebut, Sultan Bayazid II mengirimkan angkatan lautnya dibawah pimpinan Laksamana Kemail Reis. Ia tidak mampu mengirimkan pasukan perang karena sedang menghadapi banyak pemberontakan dan perlawanan. Pemberontakan dari saudaranya Pangeran Jem. Dan serangan Nasrani di Venezia, Hungaria, dan Perancis. Belum lagi ancaman Kerajaan Syiah Shafawiyah. Di tengah kesulitan tersebut ia mengirimkan angkatan laut Utsmani untuk misi penyelamatan. Kapal laut pun dikerahkan berangkat menuju Spanyol.
Misi Kemanusiaan Menyelamatkan Orang Tertindas
Sultan Bayazid II dan pasukannya tidak hanya menyelamatkan saudara seiman saja. Pasukan Islam juga menyelamatkan orang-orang Yahudi yang terusir. Saat itu, lebih dari 150.000 orang-orang Yahudi dibawa menuju wilayah Turki Utsmani yang aman untuk mereka. Sultan pun telah mengirim surat perintah ke seluruh wilayahnya bahwa para pengungsi harus disambut dengan terbuka.
Dalam surat perintah tersebut, Sultan Bayazid II menyatakan bahwa Allah memerintahkan kita untuk berbuat baik kepada keturunan Nabi Ibrahim dan Yakub. Menjamin makanan yang layak untuk mereka. Mereka bisa datang dan menetap di Istanbul. Hidup damai, bebas melakukan perdagangan, dan memiliki rumah dan tanah sendiri.
Sultan Bayazid mengirimkan pesan kepada seluruh gubernurnya di wilayah Eropa, untuk menyambut mereka dengan tangan terbuka. Ia mengancam akan memberikan sangsi bagi gubernur yang menolak pengungsi Yahudi.
Daftar Pustaka:
– ash-Shalabi, Ali bin Muhammad. 2014. ad-Daulah al-Utsmaniyah Awamil an-Nuhudh wa Asbabi as-Suquth, Terj. Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah. Jakarta: Pustaka al-Kautsar.
– http://ilmfeed.com/when-the-islamic-state-saved-150000-jews/
10 PEMIMPIN BESAR DALAM SEJARAH ISLAM (1/2)
Memilih 10 nama dari ratusan pemimpin besar Islam (selain sahabat) tentu bukanlah hal mudah. Bisa jadi pembaca punya idola dan pilihan berbeda. Ada yang menyebut beberapa nama dan menggeser beberapa nama yang kami sebutkan. Demikianlah sejarah. Ia bukan ilmu pasti seperti matematika dan fisika. Ada garis batas yang kaku dan rumus yang jitu untuk menentukan hasil tertentu. Sejarah tidak seperti itu.
10 nama ini dipilih berdasarkan peranan besar mereka dalam politik dan strategi. Juga kemampuan dalam menghadapi tipu daya musuh yang mengancam dan menipu. Bukan dari sisi prestasi dalam ilmu dan sastra. Juga bukan dalam masalah hukum dan pengetahuan agama. Dan tentu saja, 10 nama ini dipilih agar umat Islam tahu tentang pahlawan mereka.
Dalam kurun 3 abad, nama-nama mereka dicatat sebagai tokoh besar dalam dunia militer.
Pertama: Abu Ja’far al-Manshur
Laki-laki tangguh ini adalah seseorang yang memegang peranan penting dalam sejarah berdirinya Daulah Abbasiyah. Dialah pencetus ide Daulah Abasiyah. Dia juru taktik dan tokoh intelektual di belakang saudaranya Abu al-Abbas as-Safah, khalifah pertama Daulah Abbasiyah.
Saat kekuasaan Daulah Umayyah telah masuk ke wilayah Andalusia hingga Asia Tengah, mulailah terjadi kegoncangan. Damaskus (ibu kota Daulah Umayyah) sulit me-manage wilayah kekuasaannya yang begitu besar sekaligus memiliki ragam budaya yang berbeda. Para sejarawan menyebutkan bahwa faktor utama runtuhnya Dualah Umayyah adalah kegagalan mereka berinteraksi dengan ragam etnik dan budaya yang heterogen. Dan di saat itu pula orang-orang Abbasiyah menyerukan perlawanan.
Abu Ja’far al-Manshur begitu jeli melihat kelemahan Daulah Umayyah. Ia pandai memposisikan diri di kalangan orang-orang Persia dan Asia Tengah. Ia tahu bagaimana mengarahkan potensi perbedaan etnik dan budaya menjadi sebuah energi positif yang membangun, tidak melulu menghembuskan energi negatif yang hanya memicu sengketa dan perpecahan. Melihat geopolitik Timur Tengah saat ini, kecerdasan Abu Ja’far al-Manshur menyatukan Persia dan Arab belum bisa ditiru oleh pemimpin-pemimpin di era modern ini.
Di negeri yang sedang dibangun Abu Ja’far, tidak ada identitas kesukuan. Identitas seseorang hanya disandarkan pada Islam saja. hebatnya, ia juga mampu mengkompromikan antara budaya Arab dan Persia yang dikenal sangat sulit bersatu. Para khalifah Abbasiyah berikutnya mendapatkan warisan berharga berupa pondasi masyarakat yang kokoh. Hingga karakter Abbasiyah ini luntur ditandai dengan munculnya Dinasti Buwaihi dan Saljuk. Dan akhirnya runtuh di tangan bangsa Mongol pada tahun 656 H/1258 M.
Kedua: Abdurrahman ad-Dakhil
Abdurrahman ad-Dakhil, anak muda bani Umayyah ini memiliki perjalanan hidup yang luar biasa. Membaca kisahnya mendirikan Daulah Bani Umayyah II seperti membaca kisah dongeng. Kalau Anda takjub dengan anak muda membuat “kerajaan” bisnis; mendirikan perusahaan, sejuta pencapaian, atau dengan Mark Zuckerberg yang mendirikan facebook, maka Anda akan lebih takjub lagi dengan kisah Abdurrahman ad-Dakhil. Karena di usia belia, ia mendirikan kerajaan dalam arti senyatanya. –atas izin Allah- Ia mampu melakukan lobi-lobi politik tingkat tinggi, memimpin puluhan ribu pasukan untuk tunduk pada komandonya, memadamkan puluhan pemberontakan, menyelamatkan nyawa dari ribuan pedang, semua itu ia lakukan sejak berusia 19 tahun.
Abdurrahman ad-Dakhil menjadi buronan Abbasiyah saat berusia 19 tahun. Menjadi penguasa tunggal di Andalusia pada usia 29 tahun. Dan terus memegang kekuasaan selama sekitar 34 tahun.
Abdurrahman ad-Dakhil adalah cucu dari Khalifah Hisyam bin Abdul Malik al-Umawi. Pada saat Daulah Abbasiyah berdiri, maka terjadi pembantaian besar-besaran terhadap bani Umayyah. Termasuk Abdurrahman bin Muawiyah bin Hisyam ad-Dakhil menjadi sasaran. Ia pun kabur menyelamatkan diri. Saat dalam pelarian itu, ia menyaksikan dua orang saudaranya dibunuh di hadapannya. Ia terus berlari menuju Syam kemudian Mesir lalu Maroko. Dari Maroko, ia menyeberang ke Andalusia. Di sanalah ia mendapatkan gelar ad-Dakhil.
Sejak umat Islam masuk ke Andalusia pada tahun 92 H hingga masuknya ad-Dakhil pada tahun 138 H, orang-orang Arab belum memiliki posisi yang kokoh di Jazirah Iberia itu. Tidak sampai setahun, ad-Dakhil telah berhasil mengokohkan posisinya di Cordoba. Dari Cordoba, ia berhasil menguasai Zaragoza dan Barcelona. Kedua kota tersebut ia taklukkan atas kecerdikannya melobi kekuatan militer bangsa Frank untuk membantunya. Kemudian ia menguasai kota-kota lainnya.
Mengingat ruwetnya lobi politik partai-partai pasca pemilu, kita bisa mengetahui bagaimana kehandalan politik anak muda yang bernama Abdurrahman bin Muawiyah ini. Kalau level partai, level nasional saja sulit menyatukan pendapat, kita jadi tahu bagaimana jitunya lobi Abdurrahman ad-Dakhil yang bisa merangkul bangsa Eropa agar mau bekerja untuknya.
Ketiga: Alib Arselan as-Saljuki
Garis batas wilayah kekuasaan Dinasti Saljuk –orang-orang Turki- meluas dengan pesat. Mulai dari Asia Tengah hingga ibu kota Daulah Abbasiyah di Baghdad. Kekuatan dinasti ini terus tumbuh hingga ia menjadi penguasa seluruh wilayah Islam. Dinasti ini menguasai orang-orang Buwaihi dan melindungi Abbasi, khususnya dari gangguan Syiah Fatimi (Daulah Ubaidiyah) yang menyebarkan ideologi Syiah Ismaili.
Di balik kejayaan Dinasti Saljuk ada nama Alib Arselan sebagai tokoh utamanya. Orang-orang Turki patut berbangga karena lahir seorang Alib Arselan di tengah-tengah mereka. Alib Arselan pernah memukul mundur 200.000 pasukan Romawi hanya dengan 20.000 pasukan saja. 1 banding 10. Pasukan adidaya Romawi yang sudah berkuasa berabad-abad lamanya. Pasukan yang kuat yang disangka tak terkalahkan itu takluk dengan pasukan yang jauh lebih sedikit jumlahnya. Sejak saat itu, pengaruh Romawi di Asia kecil melemah hingga akhirnya ditaklukkan oleh Muhammad al-Fatih.
Saat ini, melihat kebijakan Tayib Recep Erdogan saja kita kagum. Bagaimana pula kiranya Alib Arselan yang berhasil meruntuhkan mental negara adidaya kemudian menguasainya.
Keempat: Nuruddin Zanki
Nuruddin Zanki, ia adalah pahlawan Islam yang berhasil mengusir tentara Salib diari tanah Suriah dan sebagian wilayah Palestina. Mungkin namanya tidak sepopuler Shalahuddin al-Ayyubi, tapi dialah yang membuka jalan bagi Shalahuddin untuk membebaskan Jerusalem.
Setelah menggantikan ayahnya sebagai penguasa Aleppo, Nuruddin berusaha sekuat tenaga menyatukan wilayah-wilayah Syam. Ia membebaskan Damaskus, Baalbek, Edessa, Harran, dan Mosul. Setelah itu ia mengarahkan pasukannya menuju Palestina menghadapai Pasukan Salib. Ia juga menghadapi orang-orang Salib di Mesir. Dan kemudian memasukkan wilayah-wilayah tersebut di bawah kekuasaannya.
Sama seperti Alib Arselan, Nuruddin Zanki juga dikenal sebagai seorang yang shaleh dan zuhud. Ia memberi perhatian yang besar terhadap perkembangan agama Islam. Saa wafat pada tahun 569 H/1174, Nuruddin telah membangun banyak masjid, madrasah, rumah sakit, dan rumah para musafir.
Kelima: Shalahuddin al-Ayyubi
Shalahuddin al-Ayyubi adalah penerus perjuangan Nuruddin Zanki. Dilahirkan dari suku Kurdi, Shalahuddin tumbuh besar di wilayah Syam karena ayahnya pindah ke Aleppo membantu perjuangan Imaduddin Zanki, ayah dari Nuruddin Zanki. Di Aleppo Shalahuddin kecil mempelajari agama dan kemiliteran. Kemudian ia bergabung ke dalam pasukan pamannya, Asaduddin Syirkuh, yang merupakan salah seorang panglima pasukan Nuruddin Zanki.
Di bawah bimbingan Nuruffin Zanki, karir Shalahuddin terus menanjak, hingga ia diamanahi untuk memimpin Mesir setelah mengusir orang-orang Fatimiyah dari wilayah Sunni itu. setelah Nuruddin wafat, Shalahuddin menempati kekuasaannya. Ia pun jadi pemimpin Mesir dan Syam. Misi pembebasan Jerusalem pun dilanjutkan.
Pada Perang Hattin tahun 583 H/1187 M, Shalahuddin berhasil mengalahkan Pasukan Salib. Dalam waktu hanya tiga bulan, wilayah-wilayah yang dikuasai Tentara Salib; Acre, Beirut, Sidon, Nablus, Jaffa, dan Ashkelon kembali ke tangan kaum muslimin. Kemudian Jerusalem setelah 88 tahun dikuasai oleh Pasukan Salib.
10 nama ini dipilih berdasarkan peranan besar mereka dalam politik dan strategi. Juga kemampuan dalam menghadapi tipu daya musuh yang mengancam dan menipu. Bukan dari sisi prestasi dalam ilmu dan sastra. Juga bukan dalam masalah hukum dan pengetahuan agama. Dan tentu saja, 10 nama ini dipilih agar umat Islam tahu tentang pahlawan mereka.
Dalam kurun 3 abad, nama-nama mereka dicatat sebagai tokoh besar dalam dunia militer.
Pertama: Abu Ja’far al-Manshur
Laki-laki tangguh ini adalah seseorang yang memegang peranan penting dalam sejarah berdirinya Daulah Abbasiyah. Dialah pencetus ide Daulah Abasiyah. Dia juru taktik dan tokoh intelektual di belakang saudaranya Abu al-Abbas as-Safah, khalifah pertama Daulah Abbasiyah.
Saat kekuasaan Daulah Umayyah telah masuk ke wilayah Andalusia hingga Asia Tengah, mulailah terjadi kegoncangan. Damaskus (ibu kota Daulah Umayyah) sulit me-manage wilayah kekuasaannya yang begitu besar sekaligus memiliki ragam budaya yang berbeda. Para sejarawan menyebutkan bahwa faktor utama runtuhnya Dualah Umayyah adalah kegagalan mereka berinteraksi dengan ragam etnik dan budaya yang heterogen. Dan di saat itu pula orang-orang Abbasiyah menyerukan perlawanan.
Abu Ja’far al-Manshur begitu jeli melihat kelemahan Daulah Umayyah. Ia pandai memposisikan diri di kalangan orang-orang Persia dan Asia Tengah. Ia tahu bagaimana mengarahkan potensi perbedaan etnik dan budaya menjadi sebuah energi positif yang membangun, tidak melulu menghembuskan energi negatif yang hanya memicu sengketa dan perpecahan. Melihat geopolitik Timur Tengah saat ini, kecerdasan Abu Ja’far al-Manshur menyatukan Persia dan Arab belum bisa ditiru oleh pemimpin-pemimpin di era modern ini.
Di negeri yang sedang dibangun Abu Ja’far, tidak ada identitas kesukuan. Identitas seseorang hanya disandarkan pada Islam saja. hebatnya, ia juga mampu mengkompromikan antara budaya Arab dan Persia yang dikenal sangat sulit bersatu. Para khalifah Abbasiyah berikutnya mendapatkan warisan berharga berupa pondasi masyarakat yang kokoh. Hingga karakter Abbasiyah ini luntur ditandai dengan munculnya Dinasti Buwaihi dan Saljuk. Dan akhirnya runtuh di tangan bangsa Mongol pada tahun 656 H/1258 M.
Kedua: Abdurrahman ad-Dakhil
Abdurrahman ad-Dakhil, anak muda bani Umayyah ini memiliki perjalanan hidup yang luar biasa. Membaca kisahnya mendirikan Daulah Bani Umayyah II seperti membaca kisah dongeng. Kalau Anda takjub dengan anak muda membuat “kerajaan” bisnis; mendirikan perusahaan, sejuta pencapaian, atau dengan Mark Zuckerberg yang mendirikan facebook, maka Anda akan lebih takjub lagi dengan kisah Abdurrahman ad-Dakhil. Karena di usia belia, ia mendirikan kerajaan dalam arti senyatanya. –atas izin Allah- Ia mampu melakukan lobi-lobi politik tingkat tinggi, memimpin puluhan ribu pasukan untuk tunduk pada komandonya, memadamkan puluhan pemberontakan, menyelamatkan nyawa dari ribuan pedang, semua itu ia lakukan sejak berusia 19 tahun.
Abdurrahman ad-Dakhil menjadi buronan Abbasiyah saat berusia 19 tahun. Menjadi penguasa tunggal di Andalusia pada usia 29 tahun. Dan terus memegang kekuasaan selama sekitar 34 tahun.
Abdurrahman ad-Dakhil adalah cucu dari Khalifah Hisyam bin Abdul Malik al-Umawi. Pada saat Daulah Abbasiyah berdiri, maka terjadi pembantaian besar-besaran terhadap bani Umayyah. Termasuk Abdurrahman bin Muawiyah bin Hisyam ad-Dakhil menjadi sasaran. Ia pun kabur menyelamatkan diri. Saat dalam pelarian itu, ia menyaksikan dua orang saudaranya dibunuh di hadapannya. Ia terus berlari menuju Syam kemudian Mesir lalu Maroko. Dari Maroko, ia menyeberang ke Andalusia. Di sanalah ia mendapatkan gelar ad-Dakhil.
Sejak umat Islam masuk ke Andalusia pada tahun 92 H hingga masuknya ad-Dakhil pada tahun 138 H, orang-orang Arab belum memiliki posisi yang kokoh di Jazirah Iberia itu. Tidak sampai setahun, ad-Dakhil telah berhasil mengokohkan posisinya di Cordoba. Dari Cordoba, ia berhasil menguasai Zaragoza dan Barcelona. Kedua kota tersebut ia taklukkan atas kecerdikannya melobi kekuatan militer bangsa Frank untuk membantunya. Kemudian ia menguasai kota-kota lainnya.
Mengingat ruwetnya lobi politik partai-partai pasca pemilu, kita bisa mengetahui bagaimana kehandalan politik anak muda yang bernama Abdurrahman bin Muawiyah ini. Kalau level partai, level nasional saja sulit menyatukan pendapat, kita jadi tahu bagaimana jitunya lobi Abdurrahman ad-Dakhil yang bisa merangkul bangsa Eropa agar mau bekerja untuknya.
Ketiga: Alib Arselan as-Saljuki
Garis batas wilayah kekuasaan Dinasti Saljuk –orang-orang Turki- meluas dengan pesat. Mulai dari Asia Tengah hingga ibu kota Daulah Abbasiyah di Baghdad. Kekuatan dinasti ini terus tumbuh hingga ia menjadi penguasa seluruh wilayah Islam. Dinasti ini menguasai orang-orang Buwaihi dan melindungi Abbasi, khususnya dari gangguan Syiah Fatimi (Daulah Ubaidiyah) yang menyebarkan ideologi Syiah Ismaili.
Di balik kejayaan Dinasti Saljuk ada nama Alib Arselan sebagai tokoh utamanya. Orang-orang Turki patut berbangga karena lahir seorang Alib Arselan di tengah-tengah mereka. Alib Arselan pernah memukul mundur 200.000 pasukan Romawi hanya dengan 20.000 pasukan saja. 1 banding 10. Pasukan adidaya Romawi yang sudah berkuasa berabad-abad lamanya. Pasukan yang kuat yang disangka tak terkalahkan itu takluk dengan pasukan yang jauh lebih sedikit jumlahnya. Sejak saat itu, pengaruh Romawi di Asia kecil melemah hingga akhirnya ditaklukkan oleh Muhammad al-Fatih.
Saat ini, melihat kebijakan Tayib Recep Erdogan saja kita kagum. Bagaimana pula kiranya Alib Arselan yang berhasil meruntuhkan mental negara adidaya kemudian menguasainya.
Keempat: Nuruddin Zanki
Nuruddin Zanki, ia adalah pahlawan Islam yang berhasil mengusir tentara Salib diari tanah Suriah dan sebagian wilayah Palestina. Mungkin namanya tidak sepopuler Shalahuddin al-Ayyubi, tapi dialah yang membuka jalan bagi Shalahuddin untuk membebaskan Jerusalem.
Setelah menggantikan ayahnya sebagai penguasa Aleppo, Nuruddin berusaha sekuat tenaga menyatukan wilayah-wilayah Syam. Ia membebaskan Damaskus, Baalbek, Edessa, Harran, dan Mosul. Setelah itu ia mengarahkan pasukannya menuju Palestina menghadapai Pasukan Salib. Ia juga menghadapi orang-orang Salib di Mesir. Dan kemudian memasukkan wilayah-wilayah tersebut di bawah kekuasaannya.
Sama seperti Alib Arselan, Nuruddin Zanki juga dikenal sebagai seorang yang shaleh dan zuhud. Ia memberi perhatian yang besar terhadap perkembangan agama Islam. Saa wafat pada tahun 569 H/1174, Nuruddin telah membangun banyak masjid, madrasah, rumah sakit, dan rumah para musafir.
Kelima: Shalahuddin al-Ayyubi
Shalahuddin al-Ayyubi adalah penerus perjuangan Nuruddin Zanki. Dilahirkan dari suku Kurdi, Shalahuddin tumbuh besar di wilayah Syam karena ayahnya pindah ke Aleppo membantu perjuangan Imaduddin Zanki, ayah dari Nuruddin Zanki. Di Aleppo Shalahuddin kecil mempelajari agama dan kemiliteran. Kemudian ia bergabung ke dalam pasukan pamannya, Asaduddin Syirkuh, yang merupakan salah seorang panglima pasukan Nuruddin Zanki.
Di bawah bimbingan Nuruffin Zanki, karir Shalahuddin terus menanjak, hingga ia diamanahi untuk memimpin Mesir setelah mengusir orang-orang Fatimiyah dari wilayah Sunni itu. setelah Nuruddin wafat, Shalahuddin menempati kekuasaannya. Ia pun jadi pemimpin Mesir dan Syam. Misi pembebasan Jerusalem pun dilanjutkan.
Pada Perang Hattin tahun 583 H/1187 M, Shalahuddin berhasil mengalahkan Pasukan Salib. Dalam waktu hanya tiga bulan, wilayah-wilayah yang dikuasai Tentara Salib; Acre, Beirut, Sidon, Nablus, Jaffa, dan Ashkelon kembali ke tangan kaum muslimin. Kemudian Jerusalem setelah 88 tahun dikuasai oleh Pasukan Salib.